Tantangan Mengatasi Kerusakan Habitat Satwa di Hutan Tropis

Hutan Tropis merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sekitar 1,6 miliar orang bergantung pada jumlah sumber hutan mereka, mulai dari mata pencaharian, obat-obatan, bahan bakar, hingga makanan. Diharapkan, tindakan terhadap perusahaan kehutan mempunyai peluang untuk memperoleh keuntungan dan menyediakan layanan sosial dan ekonomi masyarakat lokal.

Data utama Global Forest Watch menunjukkan bahwa ketika perkebunan hutan mengalami deforestasi dalam waktu lebih dari tahun 2021, Indonesia akan kehilangan harga pertama deforestasi yang berbeda. Deforestasi tersebut berpengaruh karena aktivitas manusia yang telah melemaksan kapasitas hutan untuk mendukung keanekaragaman hayati dunia.

Bahaya kerusakan habitat di hutan tropis juga berpengaruh pada spesies endemik, termasuk Bubalus depressicornis (Sulawesi), Babyrousa russa (Sulawesi), Rhinoceros sondaicus (Jawa), Dicerorhinus sumatrensis (Kalimantan), Bos javani-cus (Sumatera), Hyloba tes muelleri (Maluku ), Paradisaea rubra (Maluku), Dendrolagus pulcherrimus (Papua) dan Phalanger matabiru (Maluku).

Kerusakan tersebut tidak hanya mengurangi kapasitas hutan dan kapasitas pemilu tetapi juga berdampak pada kekeringan tepat dari penghambatan hujan. Itu juga mempengaruhi ekosistem yang tepat yang memberi peningkatan emisi karbon, mengurangi dampak iklim yang besar.

Tantangan Mengatasi Kerusakan Habitat Satwa di Hutan Tropis

Sektor kehutanan telah menjadi kontributor penting bagi pembangunan Indonesia, tetapi juga menimbulkan tantangan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan negara ini. Masalah utama di sektor ini adalah memastikan distribusi kepemilikan lahan yang adil antara pemerintah, masyarakat, dan bisnis. Kurangnya hal ini telah menyebabkan tata kelola yang buruk di sektor ini dan kurangnya insentif bagi masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan konservasi.

PT REKI, sebagai perusahaan milik pemerintah dan pemegang kawasan hutan terpenting di negara ini, memiliki peluang untuk berperan dalam membalikkan tren ini. Perannya sebagai penyedia utama produk dan layanan hutan bagi masyarakat dapat ditingkatkan dengan memperkuat kemitraannya dengan para pemangku kepentingan lokal. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai inisiatif, termasuk pelatihan bagi anggota masyarakat untuk mengelola sumber daya hutan mereka secara efisien dan berkelanjutan. Selain itu, dapat mendorong distribusi kepemilikan lahan hutan yang adil dan transparan serta membangun mekanisme yang efektif untuk menyelesaikan konflik atas pemanfaatan hutan. Langkah-langkah ini akan membantu memastikan perlindungan hutan PT REKI dan mendukung pembangunan berkelanjutan masyarakat dalam jangka panjang. Perubahan ini sangat penting untuk dilakukan sekarang, sebelum situasi menjadi tidak dapat diubah lagi. Pemerintah juga harus mendorong sektor swasta untuk berinvestasi dalam kehutanan berkelanjutan dengan menciptakan lingkungan yang memungkinkannya melakukannya, dan memberikan insentif untuk melakukannya. Hanya melalui langkah-langkah ini pemerintah dapat memastikan bahwa komitmennya terhadap kehutanan berkelanjutan terpenuhi. Ini akan sangat penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Related Post