Dampak Langsung Kerusakan Habitat terhadap Populasi Satwa Terancam Punah
Keragaman hayati Indonesia mengalami penurunan drastis. Menurut Dr. Ir. Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, penyebab utamanya adalah kerusakan habitat. "Perusakan habitat ini terjadi oleh aktivitas manusia seperti pembalakan hutan dan perluasan lahan pertanian," tutur Dr. Wiratno.
Fakta menunjukkan, kerusakan habitat mempengaruhi populasi satwa terancam punah. Salah satu contohnya adalah harimau sumatera. Spesies ini mengalami penurunan populasi drastis, dari 1.000 ekor pada tahun 1978 menjadi sekitar 400 ekor pada tahun 2014. Penyebabnya? Kerusakan habitat. Menurut data WWF Indonesia, 12,6 juta hektar hutan harimau sumatera telah hilang dalam 25 tahun terakhir.
Orangutan, spesies lain yang terancam punah, juga terkena dampak. Dalam 75 tahun terakhir, populasi orangutan Borneo telah berkurang hingga 50% akibat dari kerusakan habitat. Menurut Dr. Erik Meijaard, seorang primatolog, "penggundulan hutan dan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit adalah penyebab utama kerusakan habitat orangutan."
Berikutnya, Solusi dan Upaya Pelestarian untuk Mengurangi Kerusakan Habitat
Untuk membalikkan dampak negatif ini, bermacam-macam upaya harus dilakukan. Pertama, penegakan hukum yang tegas terhadap perusakan hutan. "Masyarakat harus mendukung penegakan hukum ini dengan melaporkan tindakan ilegal," ujar Dr. Ir. Sustyo Iriyono, Direktur Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Kedua, melakukan reboisasi atau penanaman kembali hutan yang telah rusak. Menurut Dr. Agus Justianto, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kehutanan, "reboisasi tidak hanya membantu memulihkan habitat, tetapi juga berfungsi sebagai penyerap karbon dioksida, yang membantu memerangi perubahan iklim."
Terakhir, edukasi masyarakat penting untuk dilakukan. Pengetahuan tentang pentingnya melestarikan habitat satwa dapat mencegah kerusakan lebih lanjut. "Kita harus mendidik masyarakat tentang pentingnya konservasi," kata Dr. Ir. Raffles B. Panjaitan, Dirjen Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.
Dengan melibatkan semua pihak dalam upaya pelestarian ini, bukan tidak mungkin kita bisa memulihkan kerusakan yang telah terjadi. Pada akhirnya, keberlanjutan habitat satwa terancam punah di Indonesia adalah tanggung jawab kita semua. Sebagai penutup, Dr. Meijaard menegaskan, "kunci dari semua ini adalah kerjasama dan dedikasi untuk melestarikan harta karun alam yang tak ternilai ini."